Gagal Itu Gak Salah

"Jangan katakan tidak mungkin sebelum kamu mati mencobanya" Sultan Muhammad al-Fatih (sang penakluk Konstantinopel)

Kata-kata tersebut mungkin terdengar seperti toxic motivasi, namun memiliki makna yang dalam bagiku. Sering kali kita merasa tak bisa melakukan suatu pekerjaan yang belum kita kerjakan atau masih berjalan dipertengahan. Padahal kita tidak tahu apa yang akan terjadi di final. Bisa jadi itu keberuntungan ataupun kegagalan. 

Tidak mudah memang menerima sebuah kegagalan dalam hidup. Namun percayalah menerima kegagalan itu lebih baik dibandingkan kita tidak mencobanya sama sekali. Kegagalan adalah ilmu sebelum kesuksesan.

Dahulu aku juga sulit menerima kekalahan, seringkali aku merasa kecewa, sedih dan marah. Namun seiring berjalannya waktu aku sadar 'tidak papa gagal asalkan kita sudah berusaha'. 

Selama menduduki bangku Mts aku telah melalui banyak lembaran. Kisah hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun mimiliki rasa yang berbeda-beda. 

Aku telah mengikuti berbagai kompetisi. Tidak banyak sih, namun cukup melelahkan. KSM IPA adalah kompetisi pertama yang aku geluti. Walaupun hanya menang sekali secara online dan hanya mendapatkan perunggu. Dari KSM lah aku mendapatkan kesempatan untuk bergabung Myres bersama Bu Chica dan sahabatku Davina. Jujur pengalaman Myres adalah kenangan yang sangat membekas dalam lembaranku.
Pahit dan manis kehidupan lomba ku alami di lembar ini.

Menjadi bagian termuda dari Myres tidak membuat kami—aku dan dan Davina minder. Kami menjalaninya dengan sungguh-sungguh dan penuh kerja keras. Kami rela absen banyak pelajaran dan pulang menjelang magrib bahkan bergadang hanya untuk ajang ini. Sejak kelas 7 hingga kelas 9 kami berjuang di ajang lomba ini. Namun tak ada pun kemenangan yang kami dapatkan. Bahkan untuk tembus babak pertama pun kami selalu gagal. 

Puncak kepahitan itu masih terngiang hingga kini. Tepat kelas 9 kami mendapatkan banyak sekali cobaan dan hinaan. Sedih, kecewa dan marah teraduk menjadi secangkir kopi yang panas. Air mata kami tak dapat terbendung lagi. Itulah titik terpahit dalam lembaran kami.

Hari demi hari kami mencoba mengobati diri. Hingga final chapter kami memutuskan untuk menyudahi penelitian kami yang tidak berkembang karena masalah internal. Meskipun telah berhenti kami masih berjalan aktif dalam penelitian di ekskul kir. Bahkan sesekali kami mengajari adek-adek kami. Hubungan kami dengan pembimbing kami —Bu Chica pun masih berajalan dengan baik.

Kami—aku dan Davina menjalani hari seperti murid pada umumnya kembali. Tidak ada lagi banyak absensi izin kami di kelas. Kami mulai konsentrasi kembali ke pelajaran sehari-hari. Mengejar ketertinggalan dan nilai untuk SMA/MA nanti.

Hidup terus berjalan. Sampailah ke lembaran dimana aku dan Davina mendapatkan tawaran mengikuti lomba kebahasaan di SMP 231 Jakarta Utara. Tidak mudah bagi ku manata hati ini untuk kokoh kembali. Pada akhirnya aku pun menyetujuinya berkat dorongan Davina sahabatku.

Pada awalnya aku terpilih untuk membawakan puisi. Tetapi karena intonasi suaraku yang terdengar lebih masuk sebagai pembawa berita. Akhirnya dimasukkanlah aku sebagai peserta lomba baca berita. Ku jalani masa latihan bersama teman-teman ku yang terpilih juga mengikuti lomba ini, seperti Filzah dan Davina serta guru pelatih kami Bu Hilda dan Bu Tati dengan sungguh-sungguh. Meski dalam kondisi suara yang sedang sakit aku tetap menjalankan pelatihan dengan baik.

Hingga tibalah saat kami lomba. Tepat hari Sabtu, disaat orang-orang banyak libur. Kami berusaha keras untuk menampilkan penampilan terbaik untuk lomba. Sepanjang menunggu namaku di panggil mulut ku tak henti-hentinya merapalkan doa dan dzikir agar menang.

Seusai penampilan, aku segera menjumpai teman-temanku dan guru pembimbing. Kami menunggu pengumuman lomba bersama-sama sambil tak henti-hentinya merapalkan doa. Hingga tibalah saat yang dinanti pukul 3 sore pengumuman pun di kemukakan.

"Juara harapan dua membaca berita, selamat untuk nomor urut 25."

"Wuuuuhh" Suara riuh teman-temanku menyadarkan ku dari rasa gugup. Nomor urut itu adalah nomor urut ku. Meskipun juara harapan, aku tetap bersyukur kepada Allah SWT. Ini adalah momen pertama kalinya aku membaca berita. Sebelumnya aku hanya meniru-niru pembawa berita televisi dan memeragakannya secara diam-diam di kamar.  Tidak ku sangka aku mendapatkan juara meskipun itu harapan.

Dari lembaran tersebut aku menyadari bahwa tidak apa-apa mencobanya dahulu dan percayalah bahwa kamu bisa. Menang itu bonus, yang terpenting kita berproses dan belajar. Meskipun kalah, jika kamu telah melakukan yang terbaik itu adalah sebuah hal yang hebat. Pengalaman adalah suatu hal yang mahal. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Maka gunakanlah waktu sebaik-baiknya.Tanpa adanya pengalaman kita bukanlah apa-apa. 

 
  "Kegagalan adalah ilmu sebelum kesuksesan"





Postingan populer dari blog ini

PUASA RAMADHAN

Ibu Arti Hidupku